Manusia memiliki kecenderungan menuangkan isi pikirannya dalam setiap tindakan. Hal itu bisa dilihat dari kebiasan manusia yang kadang kali sering corat-coret di buku, kanvas, tembok dan media lainnya. Begitu juga peserta didik di SMP 6 Usrakarta yang selalu diarahkan untuk mampu menuangkan pikiran dalam setiap pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang paling kentara untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menuangkan ide gagasan yang ada dalam pikiran dalam bentuk pantun, puisi, cerpen, dan lain-lain.
Berkaitan dengan ide yang di tuangkan itu, kami memersembahkan beberapa tulisan peserta didik untuk dinikmati dan dihayati.
CERPEN CINTA YANG TAK TEDUGA – DAMASUS LOKA 9D
Ini adalah pengalaman pertamaku. Aku adalah seorang siswa di sekolah smp negeri yang berada di Surakarta. Saat ini adalah momen dimana aku sangat bahagia, momen yang menjadi beharga bagi hidupku, momen dimana kebanyakan remaja juga merasakannya.Mungkin aku agak lebay tapi memang ini yang sedang kurasakan.
Hari itu hari dimana aku berlatih untuk mengikuti lomba yang tak lama lagi akan berlangsung. Pada waktu itulah aku bertemu dengannya.
Dia berumur 12 tahun dan baru menginjak bangku smp tepat nya kelas 7.Kita berbeda sekolah.Dia memiliki sifat yang ceria dan nyaman untuk diajak berbicara karna itu aku dapat becanda dengannya dan mulai saat itu rasa suka mulai muncul meski hanya sedikit. Kukira perasaan ini akan hilang seiring berjalannya waktu dan hanya kuanggap seperti angin lalu saja.Namun kenyataannya tak seperti itu rasa ini semakin kuat bukannya semakin memudar.
Meski belum mendapat nomernya dan belum intens berkomunikasi.Kutunggu dia selalu di tempat latihan,baik sore atau pun pagi hari. Meski kadang dia juga tak datang berlatih.Rindu rasanya jika tak bertemu dengannya.Meski lelah dalam latihan namun ketika aku melihat dia,entah bagaimana aku merasa bersemangat kembali.
Sudah berminggu – minggu berlatih. Hari yang di nanti pun tiba yakni hari dimana kita berangkat berlomba, dan hari dimana aku mulai dekat dengannya. Kita berangkat bersama dengan 22 teman lainnya,serta 6 pelatih.Masih ku ingat persis tempat duduknya waktu itu.
Perjalanan dimulai pukul 21:00 wib.Tiba di gor pada pukul 07:00 pagi. Sarapan lalu pergi ke hotel tempat menginap untuk cek in.Kita semua beristirahat di kamar masing-masing. Aku pun masuk kedalam grup wa teman teman yang ikut bertanding.Di grup itulah aku mendapat nomernya. Sejak saat itulah kita mulai bertukar pesan dan intens berkomunikasi.
Esok hari pun tiba. Pada hari ini aku dan dia tidak bertanding.Kita menjadi suporter untuk teman kita yamg bertanding.Momen ini membuat ku semakin dekat dengannya,kami duduk bersampingan. Duduk bersampingan dengannya membuat jantungku berderbar kencang. Pertandingan pun selesai.Semua balik menuju hotel menggunakan bis dan beristirahat. Tak lupa bertukar pesan dangannya dan pada hari ini juga pertama kalinya aku bertelfon dengannya. Bingung menjelaskan perasaanku pada waktu itu.
Tak terasa waktu sudah pagi lagi.Kami masih belum tanding. Momen ini juga membuatku lebih dekat lagi dengannya. Aku tak tau bagaimana hari itu berlangsung rasanya begitu cepat dan menyenangkan.Tiba – tiba aku berada di hotel lagi. Sekarang aku dengannya menjadi semakin lebih dekat lagi, tak lupa juga bertelfon saat ini kita bertelefon lebih lama dibandingkan sebelumnya.Besok kita akan bertanding.Pada malam harinya merasa grogi serta cemas.Aku juga melakukan latihan sendiri di kamar sebagai pemantapan.
Hari pertandingan tiba.Aku turun dan cek out .Aku mendapat urutan partai 13 dan dia mendapat urutan partai 383.Aku bertanding dahulu dan hanya mendapat perak. Sakit rasanya bercampur dengan sedih,kecewa,dan perasaan tidak puas.Masih ku ingat tanyanya setelah aku selesai bertanding. “Gimana hasilnya? Menang?” tanyanya dengan penasaran.“Nggak.” jawabku sambil menggelengkan kepala.Mengambil baju untuk berganti pakaian.
“Kok bisa kalah?” tanya kembali padaku. “Grogi dan kurang pede.” jawabku.Aku pun merebahkan badan ku untuk sejenak untuk menghilangkan rasa ini. “Nggak papa jangan sedih masih ada pertandingan selanjutnya kok.” katanya menyemangatiku.Aku hanya mengangguk.
Beberapa jam berlalu kini giliran dia untuk bertanding. “Semangat!” kataku menyemangati dia yang ingin bertanding. “Iya nanti akan ku beri yang terbaik.” katanya sambil memakai peralatan bertandinya.Beberapa menit berlangsung dan aku masih dengan perasaanku yang sedih.
Dia keluar sambil menangis.Kaki kanannya cedera ditambah kekalahannya. Menangis tersedu sambil mengkompres kakinya dengan es batu. Waktu pun berlalu. Kutunggu dia tenang dan membaik kondisi kakinya.“Ayo kesana kita membeli aksesoris!” ajakku. “Iya tunggu bentar ya.” jawabnya.
Waktu berjalan-jalan katanya “Mau beli gelang bareng nggak gak?”.Bingung pada waktu itu.“Iya.” jawabku. Berfikir dalam hati apakah dia juga menyukaiku? “Yang ini aja ya?” tanyanya padaku. “Iya yang ini aja lucu.” jawabku. Kita pun kembali.
Pertandingan pun selesai pada sore hari. Becanda sambil menunggu bis datang menjemput.Di bis kami duduk berdua bersampingan membahas pertandingan tadi. Aku masih masih bersedih dengan muka yang penuh kecewa. “Jangan sedihlah, nggak papa yo santai aja masih ada pertandingan selanjutnya.” katanya padaku. Mengangguk dan berkata“Iya nggak papa kok.” hanya itu yang kujawab.
Saat itu waktu berjalan cepat tak terasa sudah malam hari.Perasaanku bingung campur aduk rasanya senang karna duduk bersampingan dengannya, namun sisi lain aku juga bersedih karna tidak mendapat emas dan hanya mendapat perak. Di bis kita berbicara banyak hal,serta becanda.Tak lupa suasana bis yang ramai karna seisi bis sedang bernyanyi bersama.
Setibanya di rest area untuk beristirahat. Aku hanya buang air kecil dan segera kembali ke bis untuk lanjut tidur.Dia belum sampai di bis. Seingatku dia pergi ke minimarket entah apa yang di beli. “Udah lama.?” tanyanya padaku.“Nggak kok,baru aja sampe.” jawabku. Bis pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Solo.
Masih kuingat malam itu, rintik hujan yang mengenai kaca jendela dan makin lama makin deras. “Aku tidur dulu ya.” kataku. “Iya tidur aja kamu capekan?” katanya. Menghadap jendela sembari melihat jalan yang basah terkena derasnya air hujan.Kucoba untuk tidur. Tak lama aku pun tertidur. Mungkin dia masih terjaga mengingat hujan yang semakin deras.
Secara tiba tiba badan ku mengarah ke depan berdebar kencang jantungku. Seketika tangan kiri ku dipegang erat olehnya. “Aku takut banget.” katanya dengan takut. Bangun tiba – tiba dan kaget melihat tangan kiri ku yang di pegang erat olehnya. “Iya iya.” jawabku dengan terbata – bata. Jantungku berdebar sangat kencang waktu itu, bis yang mengerem mendadak ditambah tangan ku yang dipegang erat olehnya.
Bis pun tiba di Solo sekitar jam 3 pagi.Ngantuk bercampur lelah rasanya. Turun bis lalu mengambil koperku.Tak lama orang tuaku datang menjemput. Bersalaman dan berpamitan pada pelatih serta pada orang tua atlet lainnya yang datang menjemput. Kemudian aku langsung pulang ke rumah untuk beristirahat lagi.
Setibanya di rumah aku langsung berganti pakaian dan membersihkan badan dan langsung tidur di atas ranjangku. Tiba tiba aku terbangun jam 09:00 pagi langsungku bergegas bangun.Untung saja orang tua ku sudah mengijinkan pada sekolah hari ini.
Pada malam harinya kita bertelefon. Tepat pukul 22:44 malam aku menembaknya.“Kamu mau nggak jadi pacarku?” tanya ku sambil menunggu jawabnya.“Iya mau.” jawabnya. Seketika hatiku terasa sangat bahagia dan baru kali ini aku merasakan bahagia yang seperti ini.
Tak kusangka ternyata akan berakhir seperti ini, manis rasanya. Dan ini menjadi pengalaman pertamaku berpacaran.Mungkin ini akan menjadi pengalaman yang kuingat sepanjang hidupku. THE END
SERAGAM YANG TERTINGGAL DISEKOLAH – JAFIRA VIRNA CAHAYA
Disuatu hari yang begitu cerah anak-anak kelas 9D mengikuti pembelajaran dengan baik dan benar. Pada hari itu kebetulan ada mata pelajaran Olah Raga yang mengharuskan kita semua berganti baju, dari seragam batik ke seragam olah raga. Semua anak melaksanakan kegiatan olah raga dengan baik, setelah selesai anak-anak diperbolehkan untuk jajan dan berganti baju, namun aku dan teman sebangku ku memilih untuk beristirahat dikelas dan tidak mengganti bajuku ke seragam batik. Jam istirahat pun tiba, aku dan teman-teman bergegas keluar dan berjalan menuju kantin, aku dan ke empat temanku duduk disatu meja untuk berbincang-bincang dan memakan jajanan kita masing-masing.
“Eh kawan-kawan, bagaimana kalau kita bermain bersama dirumahku?” tanya Ana
“Aku sih bisa-bisa saja” saut Xavira
Namun aku, Dian, dan Nayla bingung, karena kita belum meminta izin kepada orang tua kita masing-masing.
“Emm.. aku harus meminta izin dulu ke ayah dan ibu ku” jawab ku
“Iya….. betul itu” Nayla dan Dian pun menyahut
“Oh.. oke kalau begitu aku tunggu kabar baiknya ya..” ucap Ana
“okee” aku, Nayla, dan Dian serentak menjawab
Setelah selesai makan kita semua masuk ke kelas masing-masing dan melanjutkan pelajaran. Bel pulang sekolah pun berbunyi
“Kring… kring…. kring…..”
“Horee…….” sorak gembira kami semua
Ketua kelas kami pun memimpin doa, setelah doa selesai kami mengucapkan salam kepada guru, guru yang mengajar pun menjawab salam kami dan mempersilakan kami untuk keluar dari kelas. Aku, Dian, dan Xavira bergegas keluar kelas dan langsung menghampiri Ana dan Nayla. Sesuai rencana kita berlima akan bermain bersama dirumah Ana selepas pulang sekolah, namun sebelum itu aku, Nayla, dan Dian menghubungi orang tua kita terlibih dahulu untuk meminta izin, dan kabar gembiranya adalah kita semua diperbolehkan untuk bermain bersama, aku dan keempat temanku pun langsung berjalan bersama menuju rumah Ana, kebetulan jarak dari Sekolah kerumahnya tidaklah jauh. Sesampainya disana kita bermain, berbincang-bincang, dan tentunya jajan bersama. Waktu begitu cepat berlalu hingga sore hari pun tiba, dan sudah waktunya kita semua pulang kerumah masing-masing dan melanjutkan obrolan kita melalui handphone, saat seru-serunya mengobrol lewat handphone, Xavira teringat sesuatu, ternyata seragam batiknya tertinggal di sekolah
(Obrolan yang ada di dalam handphone)
“Heh tau ga, baju seragam ku ketinggalan” ucap Xavira
“Kok bisa…?” tanya Ana
“Ga tau.., saya harus gimana woyy, masalahnya besok masih dipakek” jawab Xavira dengan nada panik
Dan tanpa aku sadari ternyata seragam batikku juga tertinggal, aku dan Xavira pun kebinguan dan merasa panik, kami takut, takut dimarah orang tua, takut jika seragam kita ternyata tidak ada di Sekolahan, dan sebagainya. Akhirnya aku dan Xavira berfikir untuk berangkat lebih pagi agar bisa ganti baju dikamar mandi sekolah tanpa ada teman yang tau. Keesokan harinya sesuai dengan yang direncanakan aku buru-buru berangkat sekolah lebih pagi dengan menggunakan seragam olah raga ku yang belum sempat dicuci, tapi tenang saja masih wangi kok kan aku semprot dengan minyak wangi yang banyak hehe. Sesampainya disekolah aku langsung berlari menuju kelas dan segera mengambil seragam batikku, syukurlah sekolah belum terlalu ramai, dikelas pun baru ada dua atau tiga anak saja, dan kebetulan aku datang lebih dulu dibandingkan Xavira. Aku langsung saja mengganti seragamku dikamar mandi. Selesainya aku ganti kebetulan sekali xavira baru datang, aku langsung menyuruhnya kekamar mandi dan aku yang akan mengambil seragam batiknya. Setelah Xavira selesai berganti baju disitulah kita baru bisa menghela nafas dan merasa lega. Kami berlima yang mengetahui cerita kecerobohan ku dan Xavira pun menertawakan hal itu bersama-sama. Dan ini menjadi cerita yang lucu namun seru bagiku walaupun sedikit malu hehe. SELESAI.